Selasa, 13 Maret 2012

NAMA KECAMATAN DAN DESA DI RANTAU KAMPAR KIRI

NAMA-NAMA DESA DAN KECAMATAN
DI KAWASAN RANTAU KAMPAR KIRI
TAHUN 2011

I. Kec. Kampar Kiri terdiri dari 18 Kelurahan/Desa :

1. Kelurahan Lipat Kain
2. Desa Lipat Kain Selatan
3. Desa Kuntu
4. Desa Padang Sawah
5. Desa Domo
6. Desa IV Koto Sitingkai
7. Desa Kuntu Darussalam
8. Desa Teluk Paman
9. Desa Lipat Kain Utara
10. Desa Mekar Jaya
11. Desa Sungkai Sarik
12. Desa Utama Jaya
13. Desa Sungai Geringging
14. Desa Sungai Raja
15. Desa Sungai Rambat
16. Desa Sungai Paku
17. Desa Tanjung Harapan
18. Desa Muara Selaya
II. Kec. Kampar Kiri Hilir terdiri dari 9 Kelurahan/Desa :
1. Desa Sungai Pagar
2. Desa Mentulik
3. Desa Sunagi Simpang Dua
4. Desa Sungai Bunga
5. Desa Rantau Kasih
6. Desa Sungai Petai
7. Desa Gading Permai
8. Desa Desa Bangun Sari
9. Desa Singawek
III. Kec. Kampar Kiri Hulu terdiri dari 21 Kelurahan/Desa :
1. Desa Gema
2. Desa Tanjung Belit
3. Desa Tanjung Belit Selatan
4. Desa Kota Lama
5. Desa Batu Sanggan
6. Desa Aur Kuning
7. Desa Ludai
8. Desa Tanjung Kadorang
9. Desa Batu Sasak
10. Desa Pangkalan Kapas
11. Desa Kebun Tinggi
12. Desa Tanjung Beringin
13. Desa Gajah Betaluk
14. Desa Pangkalan Serai
15. Desa Danau Sentul
16. Desa Deras Tajak
17. Desa Terusan
18. Desa Subayang Jaya
19. Desa Sungai Santi
20. Desa Tanjung Permai
21. Desa Dua Sepakat
IV. Kec. Kampar Kiri Tengah terdiri dari 10 Kelurahan/Desa :
1. Desa Simalinyang
2. Desa Penghidupan
3. Desa Mayang Pongkai
4. Desa Lubuk Sakai
5. Desa Hidup Baru
6. Desa Karya Bakti
7. Desa Kota Damai
8. Desa Hutama Karya
9. Desa Bina Baru
10. Desa Bukit Sakai
V. Kec. Gunung Sahilan terdiri dari 5 Kelurahan/Desa :
1. Desa Gunung Sahilan
2. Desa Kebun Durian
3. Desa Subarak
4. Desa Gunung Sari
5. Desa Suka Makmur

PIAGAM PERSAUDARAAN MASYARAKAT ADAT RANTAU KAMPAR KIRI


SUMPAH SOTIE DI MUAGHO BIO

SUMPAH SOTIE DI MUAGHO BIO
BATU BAKAGHANG DIMUAGHO SUBANGI
DIBACOKAN DI PULAU ANGKAKO
DICOMPUONG KA LUBUK ALAI

INDAK BULIE DIANGKEK DIUNGKIEK LAI
BUEK TINGGAE DI DATUK BOSAE
AMANAT TINGGAE DI DATUK GODANG

SULUO BENDANG KHALIFAH NAN BAOMPEK DI MUDIAK

GONGGAM POCIK KA OMPEK SUKU
PAKAIAN DATUK NAN SALAPAN DI GUNUONG SAILAN

UNDANG BASUMPA JONJI
CUPAK BAPARBUATAN
CUPAK MANO PURBAKALO

KALAU AJO NAN MAUBAH DIMAKAN BISO KOGHI
KALAU KHALIFAH NAN MAUBAH DIMAKAN SUMPAH MANAH
KALAU PENGHULU NAN MAUBAH DIMAKAN PERBUATAN
KALAU UGHAGH BANYAK NAN MAUBAH DIMAKAN KUTUK  KALAMULLAH
SAIBU-SIANG SAIBU MALAM

KA’ATE INDAK BAPUCUK KABAWAH INDAK BAUGHEK
DITONGA-TONGA DI GHIGHIEK KUMBANG
IDUIK ONGGAK MATI TAK OMUE
SAUPO UMPUIK DI TONGA JALAN
BALADANG TAK BULIE PADI
BAANAK SOGHANG MATI JUO

ANTAU DITUWIK JO UNDANG
NAGHONGI DIHUNI JO PISOKO
KAMPUONG DILAMBAK JO LIMBAGO

ANTAU SAPARENTA AJO
LUAK NAN SAPARENTA UGHANG GODANG
NAGHONGI SAPARENTA PENGHULU
KAMPUONG NAN SAPARENTA UGHANG TUO
UMA NAN SAPARENTA TUNGGANAI

NAN BA HAQ NAN DI BOGHI
NAN BASOSOK BA JUAMI
NAN BATUNGGUE BASILAMPIK
NAN BATUWUN BANAIKKAN
NAN BAJONJANG NAIOK BA TANGGOTUWUN

GODANG IKAN HINGGO SISIAK
GODANG KA MANAKAN HINGGO MAMAK
KAMANAKAN BAAJO KA MAMAK
MAMAK BAAJO KA PENGHULU
PENGHULU BAAJO  MUFAKAT
MUFAKAT BAAJO KA NAN BONAE

NAN BONAE, BULEK NAN BULIE DIGOLEKKAN
PICAK NAN BULIE DILAYANGKAN
NAN INDAK MALOMPEK KALUE POPA
NAN INDAK MAHAMBU KALUE SEGAE

JALAN BAAMBA NAN KAN DITUWIK
BAJU BAGUNTIANG NAN KAN DISAWUONGKAN
GODANG INDAK MALINDAN
PANJANG INDAK MALILIK
LOWE INDAK MANYUNGKUIK
GOPUOK INDAK MAMBUANG LOMAK
CODIK INDAK MAMBUANG KAWAN
INDAK MAMBUEK NAN BOLUN-BOLUN
INDAK MAUBAH NAN BIASO

ANTAU PANJANG KA ULU
NAGHONGI PANJANG KAUSUK
LICIN BAK LANTAI KULIK
ALUI BA ANTAU SIAK

SUMPAH SOTIE DIPASOKSIKAN
KA GAJAH SA KUNTO NYO
KA IMAU SA CINDAKU NYO
KA BUAYO SA ANTAU
KA ANTU SA IMBO AYO.



BUTIR-BUTIR PESONA RANTAU KAMPAR KIRI

ISTANA KERAJAAN GUNUNG SAILAN DI DESA GUNUNG SAHILAN KEC GUNUNG SAHILAN
AIR TERJUN GUNUNG JADI DESA SEI SANTI KEC KAMPAR KIRI HULU

AIR TERJUN DI DESA GEMA KEC KAMPAR KIRI HULU
GERBONG KERETA API EXS JEPANG DI DESA LIPATKAIN SELATAN KEC KAMPAR KIRI
PESONA HUTAN LINDUNG RIMBANG BALING KAMPAR KIRI HULU
STEMPEL KERAJAAN ISLAM KUNTU DARUSSALAM
MAKAM SYECH BURHANUDDIN DI DESA KUNTU KEC KAMPAR KIRI
PESONA ALAM BENDUNGAN SEI PAKU DI DESA SEI PAKU KEC KAMPAR KIRI
PERAHU BALUNGKANG KEC KAMPAR KIRI HULU
PESONA ALAM DESA TANJUNG BELIT KEC KAMPAR KIRI HULU
PESONA  ALAM DESA GEMA KEC KAMPAR KIRI HULU
TUGU KHATULISTIWA DI DESA LIPATKAIN SELATAN KEC KAMPAR KIRI
TRADISI MANCOKAU IKAN LUBUK LARANGAN DI DESA BATU SONGGAN KEC KAMPAR KIRI HULU
AIR TERJUN SEI KOBOKO DESA LIPATKAIN SELATAN KEC KAMPAR KIRI
PESONA ALAM BATANG BIO KEC KAMPAR KIRI HULU

KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI RIAU TERNYATA DI RANTAU KAMPAR KIRI


KERAJAAN ISLAM KUNTU DARUSSALAM
Negeri Islam Pertama di Riau ternyata di Rantau Kampar Kiri

Kesultanan Kuntu Kampar terletak di Minangkabau Timur, daerah hulu dari aliran Kampar Kiri dan Kanan. Kesultanan Kuntu atau juga disebut dengan Kuntu Darussalam di masa lalu adalah daerah yang kaya penghasil lada dan menjadi rebutan Kerajaan lain, hingga akhirnya Kesultanan Kuntu dikuasai oleh Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Kini wilayah Kesultanan Kuntu hanya menjadi sebuah cerita tanpa meninggalkan sedikitpun sisa masa kejayaan, Kesultanan Kuntu kini berada di wilayah Kecamatan Kampar Kiri (Lipat Kain) Kabupaten kampar.

Kuntu di masa dahulu adalah sebuah daerah yang sangat strategis baik dalam perjalanan sungai maupun darat. Di bagian barat daya Kuntu, di seberangnya ada hutan besar yang disebut Kebun Raja. Di dalam hutan yang bertanah tinggi itu, selain batang getah, juga ada ratusan kuburan tua. Satu petunjuk bahwa Kuntu dulu merupakan daerah yang cukup ramai adalah ditemukannya empat buah pandam perkuburan yang tua sekali sehingga hampir seluruh batu nisan yang umumnya terbuat dari kayu sungkai sudah membatu (litifikasi). Salah satu di antara makam-makam tua itu makam Syekh Burhanuddin, penyiar agama Islam dan guru besar Tarekat Naqsabandiyah yang terdapat di Kuntu. Makam itu berada dekat Batang Sebayang. Syekh Burhanuddin diperkirakan lahir 530 H atau 1111 M di Makkah Almukarramah dan meninggal pada 610 H atau 1191 M.

Menurut buku Sejarah Riau yang disusun oleh tim penulis dari Universitas Riau terbitan tahun 1998/1999, Kuntu adalah daerah yang pertama-tama di Riau yang berhubungan dengan pedagang-pedagang asing dari Cina, India, dan negeri Arab Persia. Kuntu juga daerah pertama yang memainkan peranan dalam sejarah Riau, karena daerah lembah Sungai Kampar Kiri adalah daerah penghasil lada terpenting di seluruh dunia dalam periode antara 500-1400 masehi. Zaman dahulu, Kuntu dikenal sebagai daerah yang subur dan berperan sebagai gudang penyedia bahan baku lada, rempah-rempah dan hasil hutan. Pelabuhan ekspornya adalah Samudra Pasai, dengan pasar besarnya di Gujarat. Kuntu juga adalah wilayah yang strategis sebab terletak terbuka ke Selat Melaka, tanpa dirintangi pegunungan.
Kuntu juga adalah tanah tua yang mula-mula dimasuki Islam yang dibawa oleh para pedagang dan di masa itu baru dianut di kalangan terbatas (pedagang) karena masih kuatnya pengaruh agama Budha yang menjadi agama resmi Sriwijaya di masa itu. Ketika Cina merebut pasaran dagang yang menyebabkan para pedagang Islam Arab-Persia terdesak, maka penyebaran Islam sempat terhenti.  Para pedagang Arab-Persia-Maroko mulai kembali berdagang di Kuntu dalam abad ke XII Masehi di masa kekuasaan Kesultanan Mesir era Fatimiyah, dinasti yang mendirikan Universitas Al Azhar di Kairo. Kuntu juga memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Islam Dayah di Aceh di bawah Sultan Johan Syah dalam hal perniagaan. Setelah kerajaan Pasai berdiri, mereka bahkan berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah di Kuntu.

SYEH BURHANUDDIN PENYEBAR ISLAM DI RANTAU KAMPAR KIRI
Makam Syeh Burhanuddin Pembawa Risalah Islam
Kesultanan Kuntu Kampar terletak di Minangkabau Timur, daerah hulu dari aliran Kampar Kiri dan Kanan. Kesultanan Kuntu atau juga disebut dengan Kuntu Darussalam di masa lalu adalah daerah yang kaya penghasil lada dan menjadi rebutan Kerajaan lain, hingga akhirnya Kesultanan Kuntu dikuasai oleh Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Kini wilayah Kesultanan Kuntu hanya menjadi sebuah cerita tanpa meninggalkan sedikitpun sisa masa kejayaan, Kesultanan Kuntu kini berada di wilayah Kecamatan Kampar Kiri (Lipat Kain) Kabupaten kampar.

Kuntu di masa dahulu adalah sebuah daerah yang sangat strategis baik dalam perjalanan sungai maupun darat. Di bagian barat daya Kuntu, di seberangnya ada hutan besar yang disebut Kebun Raja. Di dalam hutan yang bertanah tinggi itu, selain batang getah, juga ada ratusan kuburan tua. Satu petunjuk bahwa Kuntu dulu merupakan daerah yang cukup ramai adalah ditemukannya empat buah pandam perkuburan yang tua sekali sehingga hampir seluruh batu nisan yang umumnya terbuat dari kayu sungkai sudah membatu (litifikasi). Salah satu di antara makam-makam tua itu makam Syekh Burhanuddin, penyiar agama Islam dan guru besar Tarekat Naqsabandiyah yang terdapat di Kuntu. Makam itu berada dekat Batang Sebayang. Syekh Burhanuddin diperkirakan lahir 530 H atau 1111 M di Makkah Almukarramah dan meninggal pada 610 H atau 1191 M.
Stempel Kerajaan Islam Kuntu Darussalam

Menurut buku Sejarah Riau yang disusun oleh tim penulis dari Universitas Riau terbitan tahun 1998/1999, Kuntu adalah daerah yang pertama-tama di Riau yang berhubungan dengan pedagang-pedagang asing dari Cina, India, dan negeri Arab Persia. Kuntu juga daerah pertama yang memainkan peranan dalam sejarah Riau, karena daerah lembah Sungai Kampar Kiri adalah daerah penghasil lada terpenting di seluruh dunia dalam periode antara 500-1400 masehi. Zaman dahulu, Kuntu dikenal sebagai daerah yang subur dan berperan sebagai gudang penyedia bahan baku lada, rempah-rempah dan hasil hutan. Pelabuhan ekspornya adalah Samudra Pasai, dengan pasar besarnya di Gujarat. Kuntu juga adalah wilayah yang strategis sebab terletak terbuka ke Selat Melaka, tanpa dirintangi pegunungan.
Kuntu juga adalah tanah tua yang mula-mula dimasuki Islam yang dibawa oleh para pedagang dan di masa itu baru dianut di kalangan terbatas (pedagang) karena masih kuatnya pengaruh agama Budha yang menjadi agama resmi Sriwijaya di masa itu. Ketika Cina merebut pasaran dagang yang menyebabkan para pedagang Islam Arab-Persia terdesak, maka penyebaran Islam sempat terhenti.  Para pedagang Arab-Persia-Maroko mulai kembali berdagang di Kuntu dalam abad ke XII Masehi di masa kekuasaan Kesultanan Mesir era Fatimiyah, dinasti yang mendirikan Universitas Al Azhar di Kairo. Kuntu juga memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Islam Dayah di Aceh di bawah Sultan Johan Syah dalam hal perniagaan. Setelah kerajaan Pasai berdiri, mereka bahkan berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah di Kuntu. (Dari berbagai sumber)