AIR TERJUN DESA PANGKALAN KAPAS ADALAH AIR TEJUN TERTINGGI DI RIAU |
MEDIA UNTUK PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN MASYARAKAT RANTAU KAMPAR KIRI
Jumat, 16 Maret 2012
SEKILAS PANDANG KENEGERIAN LIPATKAIN RANTAU KAMPAR KIRI
KENEGERIAN
LIPATKAIN
IBU KOTA RANTAU
KAMPAR KIRI
Seandainya Rantau Kampar Kiri sebentuk
cincin emas,
maka Kenegerian Lipatkain adalah mata cincin nya.
LIPATKAIN KOTA KHATULISTIWA |
1. Sejarah Kenegerian Lipatkain
Dalam
tombo adat Kenegerian Lipatkain yang diwariskan secara lisan dari generasi ke
generasi disebutkan bahwa, pada zaman dahulu kala datanglah dua orang datuk
kedaerah Lipatkain secara bersamaan yaitu datuk pertama bernama Datuk Sutan
Lawik Api beliau, datang dengan perahu dari selat Malaka mudik ke Sungai Ombun
(Batang Kampar Kiri) dan singgah (maontak
Gala, membuang sauh) di daerah yang sekarang Lipatkain. Ditepi sungai
tersebut Datuk Sutan Lawik Api Manundo
Kapae Sosak, Malambe (menebas)
Kalimunting membuat ladang dan kebun. Tidak jauh disebelah hulu sungai
datang pula seorang Datuk dari hulu sungai Kampar Kiri yaitu dari daerah Gunung
Merapi (Pagaruyung) yaitu Datuk Godang menghilir dari hulu dan singgah membuat
ladang dan kebun pula.
Kemudian
disaat kedua Datuk tadi berburu binatang,
dan menggumpulkan makanan dihutan( foodghatering).
Maka berjumpalah mereka berdua, maka
terjadilah dialok diantara keduanya tentang siapa yang dahulu datang di
daerah Lipatkain ini. Masing-masing datuk mengakui dirinya yang dahulu datang
dan berhak atas daerah Lipatkain dengan menunjukkan tanda-tanda masing-masing.
Setelah
menunjukkan bukti masing-masing ternyata kedua datuk memang datang bersamaan,
sehingga mereka bersepakat untuk tinggal bersama-masa membangun kampuong, dan
ladang serta membuat janji persaudaraan layak nya adik dan kakak.
Disaat
kedua datuk sedang berburu di atas sebuah bukit, mereka melihat asap api yang
sangat besar di daerah aliran sungai Singingi. Maka kedua Datuk kedaerah
berangkat menyelusuri sungai Singingi
melihat apa gerangan yang terjadi. Didaerah Singingi kedua datuk menemui
kampuong yang tengah terbakar dan mayat-mayat yang berserakan, rupanya daerah
Singingi diala (diserang Garuda), maka terjadilah pertempuran antara Datuk
Sutan Lawik Api dan Datuk Godang dengan Garuda, sehingga Sang Garuda dapat
dibunuh.
Setelah
Garuda dapat dibunuh, datuk-datuk tersebut mendengar tangisan anak kecil
diantara reruntuhan rumah yang hancur diamuk Garuda. Direruntuhan rumah
tersebut Sang Datuk menemukan seorang gadis kecil yang selamat. Maka gadis
kecil tersbut di bawah ke Kampuong Lipatkain dan dibesarkan oleh kedua orang
datuk tersebut.
Setelah
berlalunya waktu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti
tahun, dan tahun pun berganti. Maka gadis kecil yang bernama “Puti Majo”
beranjak remaja dan dewasa maka
tampaklah kecantikan dan rupawan nya sang Putri. Melihat paras yang rupawan
maka jatuh hatilah kedua datuk pada Puti Majo, maka jadilah perselisihan
tentang siapa yang berhak untuk mengawini Sang Putri.
Puncak
dari persingan antara kedua Datuk, maka terjadilah pertarungan antara keduanya,
setelah sekian lama bertarung, saling adu kesaktian, rupanya kedua datuk
sama-sama pendekar dan tidak ada yang menang dan kalah. Setelah lelah bertarung
maka dibuatlah kesepakatan untuk bersama-sama meninggalkan Kampuong dan
meninggalkan Puti Majo sendirian. Datuk Godang lari keseberang Kampuong dan
menetap disana, sedangkan Datuk Sutan Lawik Api lari ke hulu Batang Olang dan
menetap pula disana.
Tidak
lama berselang maka datanglah Datuk Sinaro kedaerah Lipatkain dari pesukuan Mandailing/Maliling,
di daerah Lipatkain tersebut Datuk
Sinaro menemui seorang gadis menagis sendirian. Gadis tersebut adalah
Puti Majo, Puti Majo menceritakan kisah tentang kedua Kakak angkat nya yaitu
Datuk Sutan Lawik Api dan Datuk Godang yang berselisih dan meningalkan Kampuong
karena memperebutkan dirinya. Dan meminta Datuk Sinaro untuk menjemput keduanya
kembali ke Kampuong.
Maka
Datuk Sinaro berhasil membujuk kedua datuk untuk kembali kekampuong Lipatkain
dan memperdamaikan keduanya. Maka dibutlah kesepakatan bahwa Datuk Sutan Lawik
Api, Datuk Godang dan Puti Majo adalah bersaudara dan tidak boleh saling
menikahi hal ini juga berlaku bagi anak keturunan mereka hingga hari ini(Cilampuong pata baindiak sutonyo batali juo).
Maka Puti Majo dinikahi oleh Datuk Sinaro maka Datuk Sinaro menjadi simondo
dari Datuk Sutan Lawik Api dan Datuk Godang.
Maka
dibagilah kekuasaan diantara datuk-datuk tersebut dimana Datuk Sutan Lawik Api
adalah Pemilik Rantau, Datuk Godang Pemilik tanah Ulayat dan Puti Majo Pemilik
Negeri, sehingga ketiga datuk adalah penguasa dinegeri Lipatkain dengan sebutan
(Datuk Batigo). Sedangkan Datuk
Sinaro adalah Suluh Negeri (Andiko Besar).
Maka dibuatlah sebuah Negeri dengan nama Negeri Bungo Setangkai, inilah nama
awal dari negeri Lipatkain.
Kemudian
datanglah beberapa suku lagi kenegeri Bungo Setangkai yaitu suku Melayu
Palokoto, Suku Melayu Bendang, suku Nelayu nan ompek, suku Domo, sehingga
negeri Bungo Setangkai didiami oleh delapan suku sehingga berdirinya kerajaan
Gunung Sailan.
Pada
masa kerajaan Gunung Sailan terjadilah perkara yang tak selesai-selesai di
negeri Bungo Setangkai dimana negeri terbelah menjadi dua praksi besar delapan
suku terpecah menjadi dua golongan yang masing masing kokoh pada pendiriannya.
Sehingga setiap persoalan tidak bisa diambil kata sepakat.
Persoalan
ini sampai kepada Raja Gunung Sailan, maka raja mengambil keputusan untuk menempatkan
keturunannnya dari suku Piliang untuk menetap di Lipatkain sebagai penengah
dari delapan suku yang berselisih. Sehingga negeri Lipatkain terdiri dari sembilan
suku.
2.
Keadaan Geografis Kenegerian Lipatkain
Kenegerian
merupakan suatu komunitas hukum adat
yang terdapat di Kecamatan Kampar Kiri
Kabupaten Kampar . Pada wilayah hukum adat Kenegerian Lipatkain hari ini
secara administrasi pemerintahan terdiri dari lima Desa yaitu :
1. Desa
Lipatkain Selatan
2. Desa
Lipatkain Utara
3. Kelurahan
Lipatkain
4. Desa
Sungai Paku
5. Desa
Sungai Geringing
Secara
geografis Kenegerian Lipatkain terletak
di sebelah selatan Kabupaten Kampar dengan ketinggian 40 Meter dari permukaan
Laut, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
-sebelah
utara berbatasan dengan Desa Kebun Durian dan Desa Subarak
-Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Teluk Paman Timur dan desa Tanjung Pauh
-Sebelah
Timur dengan Kecamatan Salo Kecamatan bangkinang Barat
-SebelahBarat
dengan Desa Gunung Sari Kecamatan Gunung Sahilan
Kenegerian Lipatkan pada hari ini terdiri atas lima
desa/kelurahan dengan luas wilayah 250,2 M2. Iklim kenegerian Lipatkain adalah
beriklim tropis terletak pada garis Khatulistiwa, dimana tugu khatulistiwa
terdapat di desa Lipatkain Selatan Kecamatan Kampar Kiri.( Kecamatan Kampar Kiri Dalam Angka 2008)
3. Penduduk/Demografis Kenegerian
Lipatkain
Sedangkan
secara administasi pemerintahan kenegrian Lipatkain terdiri dari lima desa
dengan jumlah penduduk yaitu :
Tabel
.1
Jumlah Kelurahan/Desa
serta Jumlah penduduk
No
|
Nama
Desa/ Kelurahan
|
Jumlah Penduduk
|
1.
|
Lipatkain
|
3.954
|
2.
|
Lipatkain
Selatan
|
2105
|
3.
|
Lipatkain
Utara
|
2023
|
4.
|
Sungai
Paku
|
1038
|
5.
|
Sungai
Geringging
|
673
|
|
5
|
9.793
Jiwa
|
Sumber
: Kampar Kiri dalam angk 2008
Sedangkan
penggolongan jumlah penduduk di Kenegerian Lipatkin berdasarkan jenis kelamin yaitu
:
Tabel
.2
Pembagian Jumlah Penduduk
Berdasarkan Jenis Kelamin
No
|
Nama
Desa/ Kelurahan
|
Jumlah Penduduk
|
|
|
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
1.
|
Lipatkain
|
2011
|
1943
|
2.
|
Lipatkain
Selatan
|
1421
|
684
|
3.
|
Lipatkain
Utara
|
701
|
1322
|
4.
|
Sungai
Paku
|
539
|
499
|
5.
|
Sungai
Geringging
|
366
|
307
|
|
5
|
5038
|
4755
|
Sumber
: Kampar Kiri dalam angka 2008
4. Mata Pencaharian Masyarakat
Kenegerian Lipatkain
Masyarakat
Kenegerian Lipatkain mayoritas bermata pencaharian sebagai petani (agraris),
terutama petani karet dan sawit sebagai mata pencaharian pokok masyarakat.
Disamping itu juga ada yang berpropesi sebagai pedagang,nelayan, dan pegawai
swasta dan pegawai negeri sipil.
5. Sarana Pendidikan dan Kesehatan
Di Kenegrian Lipatkain
Kenegerian
Lipatkain merupakan wilayah tempat berdirinya ibu Kota Kecamatan Kampar Kiri
yaitu di kelurahan Lipatkain, tentu memiliki sarana dan prasarana pendidikan
dan kesehatan yang lebih lengkap di bandingkan dengan masyarakat kenegerian
lain di kecamatan Kampar Kiri. Berikut data-data mengenai jumlah fasilitas
pendidikan seperti sekolah TK,SD, SMP/MTs, SLTA/MA dan Universitas dan kesehatan di Kenegerin Liptkani
perkecamatan seperti, Puskesmas, pustu (puskesmas pembantu) Klinik, pos Yandu
dll.
Tabel
.3
Jumlah
Pendidikan dan Kesehatan /Desa
No
|
Nama
Desa/ Kelurahan
|
Fasilitas
|
|
|
|
Pendidikan
|
Kesehatan
|
1.
|
Lipatkain
|
7
|
2
|
2.
|
Lipatkain
Selatan
|
3
|
1
|
3.
|
Lipatkain
Utara
|
2
|
1
|
4.
|
Sungai
Paku
|
1
|
1
|
5.
|
Sungai
Geringging
|
1
|
1
|
|
5
|
15
|
6
|
Sumber
: Kampar Kiri dalam angk 2008
6.
Agama
dan Fasilitas Kerohanian di Kenegerian Lipatkain
Mayoritas
masyarakat Adat Kenegerian lipatkain menganut ajaran islam, sehingga islam
menjadi bagian adat yang tidak terpisahkan. Persatuan adat dan agama ini
tercermin dalam pepatah “ Adat bersyandi syarak, syarak bersendi kitabullah”.
Berikut data tentang rumah ibadah dan penganut agama di Kenegerian Lipatkain.
Tabel
4
Jumlah Penganut Agama
No
|
Nama
Desa/Kel
|
JenisAgama
|
||||
|
|
Islam
|
Khatolik
|
Protestan
|
Budha
|
Hindu
|
1
|
Lipatkain
|
3915
|
12
|
27
|
-
|
-
|
2
|
Lipatkain
Selatan
|
2067
|
7
|
31
|
-
|
-
|
3
|
Lipatkain
Utara
|
2010
|
-
|
13
|
-
|
-
|
4
|
Sei
Paku
|
1029
|
-
|
9
|
-
|
-
|
5
|
Sei.
Geringging
|
673
|
|
|
|
|
Sumber
Kampar Kiri Dalam Angka 2008
Tabel
4
Jumlah Tempat
Peribadatan
No
|
Nama
Desa/Kel
|
Jenis
Rumah Ibadah
|
||||
|
|
Mesjid/
Mushallah
|
Gereja
|
Katedral
|
Wihara
|
Pura
|
1
|
Lipatkain
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Lipatkain
Selatan
|
9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Lipatkain
Utara
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Sei
Paku
|
7
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Sei.
Geringging
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Sumber
Kampar Kiri Dalam Angka 2008
7.
Budaya dan Adat Istiadat Kenegerian Lipatkain
Masyarakat
Adat kenegerian Lipatkain secara kebudayaaan menganut kebudayaan matrilineal
yaitu garis kekerabatan ditarik dari pihak ibu, Kebudayan ini dikenal dengan
budaya Minangkabau. Sedangkan system perkawinan nya adalah system matrilokal
dimana seseorang harus mencari pasangan diluar suku atau klannya.
Secara
adat-istiadat penduduk kenegerian Lipatkain terdiri dari Sembilan suku/pesukuan
yaitu terdiri dari :
1. Suku
Pitopang Basa dengan kepala suku Dt. Jalelo
2. Suku
Pitopang Tonga dengan kepala suku Dt. Godang
3. Suku
Melayu Palokoto dengan kepala suku Dt. Paduko Majo
4. Suku
Mandailing/Maliling dengan kepala suku Dt. Sinaro
5. Suku
Melayu Bendang dengan kepala suku Dt. Tanaro
6. Suku
Piliang dengan kepala suku Dt. Mongguong/Tumenggung
7. Suku
Domo dengan kepala suku Dt. Paduko Tuan
8. Suku
Melayu Nan Ompek kepala suku Dt. Mahudum
9. Suku
Melayu Datuk Marajo dengan kepala suku Dt. Majo
Satu
suku/pesukuan disebut juga satu Kampuong, satu kampuong terdiridari beberapa
keluarga yang masih memiliki hubung kekerabatan dari pihak ibu.satu
suku/kampuong di perintah oleh Ninik Mamak di
Sebut “ Baompek Dalam Kampuong
Balimo Jo Ughang Tuo” yaitu terdiri dari
1. Mamak
Godang Ka Naghonghi ( Kepala Suku)
2. Mamak
Godang Ka Kampuong
3. Malin
4. Dubalang
5. Ughang
Tuo
Masing-masing
memiliki tugas dan wewenang tersendiri dalam suatu satuan hokum adat di tingkat
Kampuong terhadap rakyat yang disebut dengan sebutan “Kamanakan”. (dihimpun
dari berbagai sumber).
Langganan:
Postingan (Atom)