Kamis, 15 Maret 2012

ISOLASI KAMPAR KIRI HULU ...KAPANKAH BERAKHIR...?




Kondisi jalan utama dikawasan Kampar Kiri Hulu (Jl Lipatkain-tembus Sumbar)
Pekanbaru. Belasan desa di Kabupaten Kampar, Riau, sudah sebulan ini terisolasi. Ini akibat jalan menuju desa rusak parah seperti persawahan. Warga berharap pemerintah segera memperbaikijalantersebut.

Musim hujan belakangan terakhir ini, membuat masyarakat di belasan desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu menjerit. Rute menuju jalan poros negara, hancur akibat hujan. Kondisi jalan yang belum diaspal kini seperti persawahan. Jalan itu rusak parah akibat dilintasi truk pengangkutkayugelondongan.

Jalan yang rusak itu dari Kecamatan Kampar Kiri menuju Kampar Kiri Hulu sepanjang 52 km. Jalan baru yang dibangun setahun lalu untuk alternatif bila jalan lintas barat menujur Sumatera Barat (Sumbar) terjadi longsor.

"Sekarang jalan alternatif di tempat kami selama musim hujan seperti sawah. Untuk keluar dengan menggunakan sepeda motor saja memerlukan waktu lebih 7 jam. Ini karena sepeda motor harus didorong bila melintas jalan yang penuh lumpur," kata Kepala desa Batu Sasak, Masrul, Kecamatan Kampar Kiri Hulu dalam perbincangan dengan detikcom, Sabtu (2/01/2010) di Pekanbaru.



Hal senada juga diungkapkan Kepala Desa Pangkalan Kapas, Dan Hasmur. Menurutnya, dengan jalan yang berlumpur membuat harga sembako di desa mereka menjadi naik. Ini karena mobil yang biasanya membawa kebutuhan sembako tidak bisa masuk ke desa mereka.

"Jangankan mobil, motor sendiri susah melintas. Segala kebutuhan masyarakat khususnya sembako dalam sebulan ini naik. Ini karena masyarakat mesti berbelanja dengan sepeda motor dengan medan yang seperti persawahan," keluh Hasmur.

Kedua kepala desa ini berharap, Pemkab Kabupaten Kampar, Riau, segara memperbaiki jalan poros yang penuh lumpur itu. Mereka berharap, pemerintah harus menghentikan puluhan truk yang melintas di desa mereka.

"Setiap truk yang melintas di jalan itu bannya diikat dengan rantai. Pengingkatan rantai itu agar truk bisa melintas di jalan yang penuh lumpur. Akibatnya, jalanpun rusak. Jalan yang lumpur itu ketebalannya bisa mencapai 50 cm,” kata Hasmur.
Sumber : Chaidir Anwar Tanjung -




1 komentar:

  1. saya pernah tinggal di Desa Tanjung Beringin selama satu tahun ketika tahun 2009.....
    Kondisi yang sangat mengenaskan.....
    Ketika musim kemarau sungai sangat dangkal sehingga sampan tidak dapat mengangkut barang dengan banyak...
    Ketika musim hujan sungai meluap sehingga kita yang berada di desa susah untuk keluar.....
    Rasa KANGEN dengan pemandangan yang sangat....sangat....sangat....memukau.......tidak seprti daerah lain yang saya kunjungi.....
    Ketika kita menyusuri sungai dapat melihat monyet....monyet..bergelantungan mencari makan pada dahan-dahan pohon....belum lagi induk babi hutan dengan anak-anaknya minum di pinggir sungai.....
    Saya sangat terkesan dengan pemandangannya.....tetapi tidak dengan fasilitasnya.....
    LISTRIK tidak ada, apalagi SINYAL telepon...............

    BalasHapus